Sejarah Cerutu

Kisah Cerutu PURO NATURAL INDONESIAN CIGARS

Cerutu atau serutu (dari bahasa Tamil சுருட்டு, suruṭṭu, yang berarti “gulungan”) adalah gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan dan difermentasikan. Normalnya komposisi cerutu hanya berupa daun tembakau saja, baik berupa daun tembakau utuh yang digulung atapun tembakau cacah yang digulung dimana pembungkusnya juga menggunakan daun tembakau, namun di Indonesia terdapat juga cerutu yang komposisinya menggunakan sedikit cengkeh sebagai bahan campurannya. Mungkin karena dikenal sebagai negeri kretek, maka sebagian produsen cerutu di negara kita berusaha untuk masuk ke pasar penikmat rokok kretek dengan berinovasi membuat cerutu kretek tersebut. Cerutu – mirip dengan rokok – salah satu ujungnya dibakar dan asapnya dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Tembakau untuk cerutu terutama dibudidayakan di negara-negara seperti Brasil, Kamerun, Kuba, Republik Dominika, Honduras, Indonesia, Meksiko, Nikaragua, dan Amerika Serikat dengan cerutu dari Kuba dianggap merupakan ikon untuk cerutu. Cerutu jaman sekarang sering dikaitkan dengan gaya hidup glamour orang-orang sukses.

 

SEJARAH CERUTU

Ketika Christopher Columbus mendarat pertama kali tahun 1482 di Kepulauan Karibia, dia melihat upacara ritual suku Indian yang menghirup asap dari tumpukan daun tembakau lewat sebuah pipa. Mengisap asap tembakau, kala itu bagi orang Indian menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Konon, asap itu berkhasiat dan dapat memberi semangat.

Christopher Columbus memperkenalkan tembakau ke Eropa pada tahun 1492. Tembakau yang tersebar secara luas di kepulauan Karibia dan Kuba kemudian menjadi cerutu (cigars)? Data pasti masih samar-samar. Sekitar tahun 1800-an di Kuba ada kegiatan masyarakat di Quelta Abajo yang membuat ”rokok” dari daun tembakau yang digulung, untuk dijadikan barang dagangan yang paling dicari. Dari sinilah cerutu berkembang hingga kini. Kuba yang memulainya, dan sampai sekarang negara tersebut tak tergoyahkan sebagai negeri penghasil cerutu bermutu. Setelah Kuba yang menduduki papan atas, menyusul Dominika, Brasil, Meksiko, Equador, Jamaica, Kepuluan Canary, Filipina dan Amerika Serikat.

Pada abad ke 19, merokok cerutu adalah biasa. Bisnis cerutu adalah industri yang penting, dan pabrik mempekerjakan banyak orang sebelum pembuatan cerutu secara mekanik menjadi praktis. Pada jaman modern ini, cerutu adalah masalah prestise dan kualitas, dalam proses produksinya, cerutu masih digulung dengan tangan dan tertulis totalmente a mano (totally by hand) or hecho a mano (made by hand). Sebenarnya Indonesia, sebagai salah satu penghasil tembakau, terwakili oleh Jember yang tembakaunya diekpor ke negara pembuat cerutu. Begitu pula tembakau Sumatera yang dipakai untuk wrapper. Indonesia sendiri juga membuat cerutu namun pasarnya belum mampu menembus dominasi Cuban cigars.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.